Sudah
diceritakaan dari Zuhair bin Haarb, sudah diceritakaan dari Jarir, dari
Suhaail, ia mengatakaan, “Abu Shalih sudaah memerintaahkan terhadaap
kami bila salaah seorang di antaara kami hendaak tidur, hendaklah
berbaaring di seegi kanan kemudiaan mengucapkaan :
Allahumma
robbas-samaawaatis sab’i wa robbal ‘arsyil ‘azhiim, robbanaa wa robba
kulli syai-in, faaliqol habbi wan-nawaa wa munzilat-tawrooti wal injiil
wal furqoon.
A’udzu
bikaa min syarri kulli syaai-in anta aaakhidzum binaa-shiyaatih.
Allahummaa antaal awwalu falaaysaa qoblakaa syaai-un wa antaal aakhiru
falaysaa baa’daka syaai-un, waa antaazh zhoohiiru faa laysa fawqokaa
syaai-un, wa antaal baathinu faalaaysa duunakaa syaai-un, iiqdhi
‘annaad-dainaaa
waa aghninaa minaal faaqri.
Artinya: “Ya Allah, Rabb yang
menguasai
langit yang tujuh, Rabb yang menguasai ‘Arsy yang agung, Rabb kami
serta Rabb segala sesuatu. Rabb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan
serta biji buah, Rabb yang menurunkan kitab Taurat, Injil serta Furqan
(Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang
Engkau memegang ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah).
Ya
Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tak ada sesuatu. Engkaulah yang
terbaru, seusaiMu tak ada sesuatu. Engkaau-lah yang lahir, tak aada
sesuatu di ataasMu. Engkau-laah yang Batin, taak ada sesuaatu yang luput
daari-Mu. Lunasilaah utang kami seerta berilaah kami kekayaan
(kecukupaan) sampaai terlepas dari kefaakiran.” (HR. Musslim no. 2713)
Imam
Nawaawi rahimahullah menyebutkaan bahwa maaksud utang dalaam hadits
terseebut merupakan keharusaan pada Allah Ta’aala serta keharusaan
terhadap hambaa seluruhnyaa, intinya mencaakup segalaa macam
keharusaan.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 33).
Juga dalam hadits di atas diajarkan akhlak sebelum tidur yaitu berbaring pada segi kanan.
Semoga dapat diamalkan serta Allah mempermudah segala urusan kami serta membawa kesusahan yang ada. Aamiin