3 Amalan yang Paling Dicintai Allah – No. 2 Ternyata Sangat Mudah

Apa yang menjadi kebanggaan seorang manusia di dunia? Tersebab belimpah harta benda? Tingginya tahta serta kuasa? Prestasi yang menjadikannya masyhur di mana-mana? Sampai di saat yang sama abai pada tugas sesungguhnya. Bahwa pada setiap aktivitas yang dikerjakannya jauh dari niat untuk mencari kebaikan serta ridha dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penilaian dunia sungguh lebih berharga baginya daripada nilai manusia sesungguhnya di sisi-Nya.



Pantaskah kami ingkar pada dzat yang sebab-Nya kami nasib. Sebab kasih serta sayang-Nya lah sampai saat ini kami tetap bisa merasakan berlipat kenikmatan. Tersebab Allah yang dengan ke-Maha Kuasaannya tetap memberbagi kami peluang untuk membenahi diri. Apa yang semestinya diperbuat seorang pegawai terhadap atasannya? Apa yang lebih baik bagi seorang pekerja dari taatnya pada aturan tempatnya bekerja? Apa yang membikin seorang pekerja disanjung atasannya kecuali prestasi bekerjanya di atas rata-rata?

Begitu pulalah semestinya kita. Berbakti dengan sebaik-baiknya pada atasan sesungguhnya. Memohon kasih-Nya dengan senantiasa mengerjakan amalan-amalan yang bisa mengajak keridhaan-Nya. Allah cinta pada berbagai amalan yang dikerjakan manusia.
Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menerangkan, “Saya bertanya terhadap Nabi, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?’ (Dalaam satu riwayaat: yang lebih utamaa) Beliau bersabdaa, ‘Shalat padaa waktunya’ Saya bertanyaa, ‘Kemudian apaa laagi?’ Beliau bersabda, ‘Berbakti terhadap kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, ‘Jihad (berjuang) di jalan Allah.”‘ Ia mengatakan, “Beliau menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: “Saya berdiam diri dari Rasulullah.”) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau meningkatkankannya.”
Baca Juga: Bolehkah Menikah Dengan Uang Hasil Utang?

1) Shalat. Tiada yang bisa memungkiri alangkah kedudukan shalat amat sangat mutlak dalam agama ini. Tersebab dengan mengerjakan ibadah shalat, seorang manusia dengan tegas membuktikan ketundukannya pada Allah. Dengan shalat itulah, seorang hamba bisa memperoleh begitu tidak sedikit keutamaan. Shalat seakan menjadi tiang bagi kokohnya iman seseorang. Bila baik shalatnya, maka pasti bakal baiklah setiap segi yang ada di dalam dirinya. Tetapi bila kurang baik shalatnya, maka kekurang baikan-kekurang baikan lain bakal mudah melekat kepadanya.
Betapa seorang muslim sangat dituntut untuk senantiasa membenahi shalatnya. Sebab nanti di akhirat, shalat itulah yang menjadi amalan pertama yang bakal dihisab oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana suatu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ahmad serta Nasa’i, “Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab merupakan shalatnya. Apabila shlalatnya di nilai baik, maka bahagia serta tenanglah dia. Tetapi apabila shalatnya rusak, maka menyesal serta sengsaralah dia. Adaapun apabilaa di antaraa shalatnyaa ada yang tidaak lebih sempurnaa, maka Allah Azzaa wajalla beerfirman: periksaalah kembali wahaai para malaikaat, apakah dirinyaa suka melaksanaakan shalaat sunaah. Apabila ada, sempurnakanlah shalatnya dengannya shalat sunnahnya tersebut. Semacam itulah perhitungan amal ibadahnya yang lain.”
2) Berbakti pada kedua orang tua. Alangkah orang tua sudah tidak sedikit sampai tidak terhitung jumlahnya berkorban untuk kita. Sejak saat janin tetap bersemayam di rahimnya, sampai kali ini di mana mungkin kami sudah tidak sedikit meperbuat dosa terhadap keduanya. Alangkah Allah teramat memuliakan bunda serta ayah kita, sampai ridha-Nya terletak pada ridha keduanya, serta murka-Nya pun terletak pada murka keduanya.
Sungguh sudah menjadi suatu keharusan tanpa syarat bagi setiap anak untuk berbakti serta berbakti pada kedua orangtuanya. Dalam Al-Qur’an surah ke 31 pada ayat ke 15, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Dan Kami perintahkan terhadap manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya sudah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selagi tidak lebih lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku serta terhadap kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kalian kembali”.
Bukankaah surga kaami terletak paada nilai baakti pada keduanyaa? Maka upayakaanlah yang paling baaik, sebab diantaraa keridhaan keduanyaa ada pintu-pintu surgaa yang terbukaa. Pada siapa lagi kami hendak mengupayakan surga, sedekat di dalam rumah tanpa harus mencari kemana-mana? Sedang yang dekat itu tidak sedikit diabaikan oleh manusia.
Dalaam suatu hadist riwayaat Imam Bukhari dijelaaskan, “Seoraang muslim yang mempunyaai kedua oraang tua yang musslim, kemudian iaa senantiasaa berlaku baik kepadanyaa, maka Allah berkenan membukaakan dua pintu surgaa baginyaa. Kalau ia mempunyai satu orang tua saja, maka ia bakal memperoleh satu pintu surga terbuka. Sertaa kalau ia meembikin kemurkaaan kedua orang tuaa maka Allah tidaak ridha kepada-Nyaa.” Maka ada seoraang bertanyaa, “Meesikipun keduanyaa berlaku zhaalim kepadanyaa?” Jawaab Rasulullah, “Ya, sekaalipun keduanya menzhaaliminya.”
3) Jihad di jalan Allah. Makna jihad yang sesungguhnya ialah merelakan segenap tenaga, waktu serta harta yang dimiliki untuk disertakan berjuang di jalan Allah. Pasti butuh dipahami, bahwa jihad bukan diperbuat dengan cara-cara yang bermengenaian dengan ketentuan. Bahwa jihad bukan diperbuat dengan cara-cara menyakiti alias membunuh orang lain dengan seenaknya. Islam mengatur dengan jelas bagaimana seorang muslim bisa berjihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Perintah untuk jihad jelas difirmankan Allah dalam surah Al-Hajj ayat ke 78, “Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang sesangatlahnya.”

Sebab tidak mudah bagi seorang manusia merelakan sebagian yang ia miliki untuk diberbagi pada jalan Allah, maka dengan itu ianya menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Bahkan para syuhada jelas dijamin surganya nanti di akhirat. Sebab itulah tidak heran alangkah semangatnya para sahabat Rasulullah ketika terbuka tahapya peluang untuk membela agama Allah. Bisa dibayangkan, bila kami yang ada diposisi itu saat ini? Apakah kami juga bakal dengan bahagia hati berjuang di jalan Allah?